PRIVATE WAR
- Jeri Wongiyanto
- Apr 5, 2019
- 2 min read
Kisah Nyata Wartawati Perang di Garis Terdepan

Oleh Jeri Wongiyanto
Pecinta dan Pengamat Film
“You’re never going to get to where you’re going if you acknowledge fear.”
Itulah kutipan dari Marie Colvin, wartawati perang yang merupakan sosok wanita tangguh yang pernah hidup. Marie adalah jurnalis yang selalu berada di garis terdepan di medan perang, yang tak pernah takut untuk mendapatkan sebuah cerita yang nyata dalam kondisi perang. Ia hanya menulis apa yang dialami rakyat kecil, ia hanya ingin menunjukkan pada dunia, bahwa perang mempunyai akibat yaitu penderitaan rakyat.
Film ini merupakan biografi dan kisah nyata dari Marie Colvin. Sarat nilai moral yang mampu menginspirasi bagi siapa saja yang menyaksikannya. Berjudul “Private War” garapan sutradara Matrhew Heineman ini memang sangat menyentuh. Kisah tentang perjalananan Marie Colvin (Rosamund Pike) yang memiliki rekam jejak yang luar biasa dalam karirnya.
Sejak awal di Sunday Times, ia sudah ditunjuk menjadi koresponden urusan Timur Tengah. Pada 1986, ia mencatat rekor sebagai jurnalis pertama yang sukses mewawancarai pemimpin Libya, Muhammad Gaddafi. Tahun 1995, ia dipercaya menjadi koresponden peliputan luar negeri. Konflik Chechnya (Federasi Rusia), Kosovo (eks Serbia), Sierre Leone (Afrika Barat), Zimbabwe (Afrika Selatan), Irak, Sri Langka hingga Timor Timur, sudah pernah menjadi sasaran liputan perangnya.
Desingan peluru dan hantaman bom, sudah menjadi bagian hidupnya. Berjalan kaki menelusuri hutan Vanni di Sri Langka sejauh 48 km, juga ditempuhnya demi bertemu dan mewawancarai petinggi pasukan Macan Tamil. Tak disangka sebuah roket pelontar meledak ke arahnya, membuat mata kirinya buta. Kenyataan pahit ini tidak membuat Marie jera walaupun harus meninggalkan suami selama berbulan-bulan, ia tak akan pernah berhenti memberitakan penderitaan rakyat akibat konflik Keberanian Marie membuatnya mendapatkan penghargaan Foreign Reporter of the Year dari British Press Awards, selama tiga kali berturut-turut.
“Tak ada orang waras yang mau melakukan apa yang kamu lakukan,” kata Editornya Sean Ryan (Tom Hollander) suatu ketika. Sementara fotografer freelance kepercayaan Marie, Paul Conroy (Jamie Dornan) pernah berkata “Kamu sudah melihat perang jauh lebih banyak daripada yang pernah disaksikan banyak prajurit.”
Walau Marie dikenal sebagai wanita yang tangguh. Ia juga punya peperangan pribadi dalam dirinya, Ia harus berjuang mengalahkan post traumatic stress disorter , konflik rumah tangga, dan perseteruan di kantor. Marie bisa mengobati semua itu dengan minuman alkohol. Trauma peperangan yang disaksikannya seakan menjadi hantu yang selalu meneror otaknya.
Akhir hidupnya kemudian berakhir dramatis pada Februari 2012 di kota Homs, Siria, sesaat setelah ia berhasil melakukan siaran live by phone di BBC, Channel 4, CNN dan ITN News, ketika 28 ribu rakyat sipil diserang.
Film ini memang kental dengan suasana perang, namun tidak berarti penuh dengan adegan ledakan dan baku tembak. Matthew membawa film ini lebih ke nuansa drama, Matthew berhasil menggambarkan suasana perang dengan sangat nyata, juga berhasil membuat penonton tersentuh dengan kisah-kisah pilu yang dialami rakyat korban perang. Juga akting menawan aktris peraih Oscar Rosamund Pike. Ia berhasil menghidupkan sosok Marie Colvin(*)
Comments