POHON TERKENAL
- Jeri Wongiyanto
- Apr 5, 2019
- 2 min read
Lika Liku Kehidupan Taruna Taruni di Akpol

Oleh Jeri Wongiyanto
Pecinta dan Pengamat Film
MONTY Tiwa kembali menyutradarai film drama cinta anak milenial dengan latar yang berbeda. Kali ini di bekerjasama dengan Annisa Meutia dikursi sutradara. Film “Pohon Terkenal” menyuguhkan kehidupan para taruna taruni di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.
Film ini juga merupakan film pertama yang diproduksi divisi Humas Polri. Sebelum menonton, bayangan saya adalah film ini akan penuh dengan propaganda unruk pencitraan Polri. Bagaimana kehidupan para taruna taruni yang selama ini jarang diketahui masyarakat digambarkan dengan cara yang kaku. Namun dugaan saya meleset. Karya Monty Tiwa dan Annisa Meutia ini memang patut dicungi jempol, film ditampilkan dengan sangat manis dan apa adanya.
Kerasnya gemblengan selama di Akpol ditampilkan cukup baik. Memasuki kehidupan sebagai polisi taruna harus menguburkan masa remaja yang penuh dengan cinta dan warna. Masa depan mereka adalah masa depan negara. Negara di atas segalanya keluarga dan diri sendiri adalah nomer dua. Inilah pertaruhannya. Siapa yang bertahan akan maju sebagai perwira dan yang tidak tahan dengan kerasnya pendidikan mental tentu akan menyerah dan pulang dengan kegagalan.
Di tangan sutradara yang cerdas film ini berhasil membuat penonton terhibur karena taburan bumbu komedi yang natural. Dikisahkan, sejak masuk sebagai taruna baru di Akpol Semarang, Bara Maulana (Umay Shahab), Ayu Sekarwati (Laura Theux) dan Johannes Solossa (Raim Laode), mereka harus menerima didikan yang keras dan disiplin yang tinggi belum lagi berhadapan dengan para senior dengan berbagai sifat.
Bara yang dikenal sebagai taruna yang bandel dan selalu bikin ulah, justru tidak tahan dengan pendidikan di akpol, ia selalu mencoba untuk kabur. Sebagai sahabat Johannes dan Ayu mencoba mencegahnya dengan segala cara. Ayu selalu mengingatkan, menjadi taruna tidak semua orang bisa seberuntung mereka.
Sebenarnya, Monty masih bisa menggali lebih dalam lagi cerita ini, namun Monty lebih memilih sisi romantis dan persahabatan yang manis. Tak perlu banyak mengumbar dialog-dialog romantis yang lebay, karena sudah menggambarkan kisah cinta yang manusiawi. Penonton tak hanya diajak ikut larut dalam kisah cinta Bara dan Ayu yang sebenarnya dilarang di akpol, tapi juga seperti berada di dalam lingkungan akedemi.
Film ini juga sarat dengan pesan moral, hubungan seorang jenderal bintang dua (Cok Simbara yang berperan sebagai ayah Ayu) dengan putrinya. Hubungan senior dengan adik asuhnya, digambarkan dengan sangat manis dan bersahaja. Apa yang mereka akukan semua demi Negara. Film ini berhasil dikemas sesuai selera kaum milenial, dan berupaya membujuk anak muda untuk suka rela menjadi pelindung negara.(*)
Comments