Lagi-Lagi Ateng
- Jeri Wongiyanto
- Apr 5, 2019
- 2 min read
Tertawa Sekaligus Menangis Bersama Ateng

Oleh Jeri Wongiyanto
Pecinta dan Pengamat Film
ATENG, pelawak legendaris yang bernama lengkap Andrea Leo Ateng Suripto adalah komedian terbaik yang pernah jaya pada masanya. Ateng sukses membintangi 26 film dalam kurun waktu 1960-1983. Bersama Eddy Sud. Iskak dan Bing Slamet, ia bergabung dalam grup Kwartet Jaya. Namanya, terkenal bersamaan dengan pelawak legendaris lainnya seperti Warkop dan Srimulat.
Meski kini sosoknya telah tiada, Ateng coba dihidupkan kembali dalam film “Lagi-Lagi Ateng” oleh sutradara Monty Tiwa (“Sabtu Bersama Bapak” (2016), “Reuni Z” (2018)). Film ini menceritakan tentang keluarga aristokrat yang tinggal di Salatiga. Budiman (Surya Saputra) mempunyai anak bernama Ateng (Augie Fantinus) yang ditemani Iskak (Soleh Solihun) dan Mbok Sutinah (Rohana Srimulat).
Tepat diusianya yang ke 26, Ateng walau pun sudah berumur tapi masih berperilaku anak-anak, meminta hadiah liburan ke Jakarta. Walau awalnya ditolak, dengan berat hati ayahnya mengizinkan asalkan ditemani Iskak. Pasalnya mereka memang belum pernah menginjak kota Jakarta.
Maka dimulailah petualangan seru yang akan mengubah hidup Ateng selamanya. Sampai di Jakarta, Ateng dan Iskak tinggal di hotel mewah. Tak disangka, Ateng bertemu dengan seorang motivator terkenal bernama Agung (Audie Fantinus) yang wajah dan bentuk tubuhnya sangat mirip.
Menyadari jika mereka adalah saudara kembar dengan bukti potongan foto yang disimpan keduanya. Ateng dan Agung sepakat untuk mencari tahu kebenaran di masa lalu, sekaligus mempersatukan kembali orangtua mereka. Berhasilkah Ateng dan Agung menjalankan rencananya.
Monti Tiwa sukses meramu film ini menjadi komedi yang menyentuh. Penonton diajak menangis dan tertawa diwaktu yang bersamaan. Nilai-nilai moral keluarga sangat terasa dalam film ini. Monty memang pandai membuat sensasi haru di tengah tawa penonton. Banyak adegan-adegan yang bakal membuat penonton baper.
Yang harus dipuji adalah akting Augie Fantinus yang sangat total. Ia bermain maksimal dalam peran yang berat, memerankan sosok Ateng yang kekanak-kanakan dan dewasa.sekaligus. Augie sukses menghidupkan sosok Ateng dan mampu mengaduk-aduk hati penonton. Peran Soleh Solihun juga harus diperhitungkan, ia tak sekedar tempelan. Seperti duet Ateng dan Iskak zaman dulu, Soleh Solihun berhasil memerankan sosok Iskak jaman now yang konyol dan genit.Sebagai ayah Ateng, Surya Saputra juga bermain bagus. Monti sangat cerdas membagi porsi yang pas untuk para pemain bintangnya, menjadikannya sebagai kekuatan film ini,
Yang menjadi catatan, adalah sebuah film komedi, tak harus menertawakan fisik seseorang, film komedi harus bisa dinikmati siapa saja bahkan bisa menebar nilai-nilai moral. Sekali lagi Monty Tiwa membuktikan kepiawaiannya sebagai sutradara jempolan.(*).
Comments