top of page
  • Google+ Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Facebook Social Icon

GODZILLA II: King of The Monsters

  • Writer: Christian Ananta
    Christian Ananta
  • May 31, 2019
  • 2 min read

Pertarungan Dahsyat Para Monster


Oleh: Jeri Wongiyanto

Pecinta dan Pengamat Film

PERTARUNGAN dahsyat makhluk rakasasa di bumi kembali terjadi dalam film “Godzilla II: King of the Monsters”. Film ini merupakan serl ke 3 dari film “Godzilla” (2014) dan “Kong: Skull Island” (2017) dari Legendary’s MonsterVerse.


Walau hampir sepanjang film dipenuhi dengan pertarungan para monster, film ini memiliki konflik drama yang cukup kuat dan baik. Dikisahkan para ilmuwan menyikapi kehadiran para titans positif dan negatif. Emma (Vera Fargima) meyakini bahwa manusia bisa hidup berdampingan dengan titans, sementara ilmuwan lain menilai konflik meraka dibumi dapat diselesaikan sendiri oleh para titans.


Suatu hari Emma dan putrinya Madison (Millie Bobby Brown) diculik oleh kelompok misterius yang menginginkan teknologi komunikasi yang dikembangkan Emma, demi niat jahat mereka dengan mengendalikan para monster. Mark Russell (Kyle Chandler) mantan suami Emma, justru memiliki pendapat berbeda. Tragedi masa lalu yang membuat putranya terbunuh, membuatnya membenci titans. Mau tak mau Mark ikut terlibat menyelamatkan putrinya, bersama Dr. Serizawa (Ken Watanabe) dan Dr Graham (Selly Hawkins).


Emma adalah orang yang paling bertanggungjawab karena telah melepas para titans, hingga muncul spesial purba jahat yang berkamuflase. Malapetaka pun muncul di berbagai belahan dunia. Satu-satunya cara adalah menghidupkan kembali Godzilla untuk menghadapi para titans jahat yakni Mothra, Rodan: naga berkepala tiga dan King Ghidorah.


Sutradara Michael Dougherty berhasil memikat penonton dengan tampilan para titans yang memiliki nuansa agung, perkasa dan indah. Latar belakang kemunculan para titans pun cukup masuk akal dengan konsep primitif. Tidak sekadar monster raksasa yang menakutkan tetapi lebih dari itu penonton akan dibuat terperangah, detail wajah para monster yang mengerikan juga berhasil digambarkan dengan baik.


Film ini menggambarkan pertarungan dan perang makhluk purba raksasa yang ganas, mencengangkan dan tentu menegangkan. Efek CGI digarap dengan sangat megah dan menawan, suara-suara para monster menggelegar sepanjang film. Drama yang dibangun juga berhasil memikat penonton, konflik rumah tangga antara Emma dan Russell serta putrinya menjadi hal yang penting di film ini.


Seperti diketahui film Godzilla berasal dari Jepang dibuat pada tahun 1954. Franchisenya dipegang oleh Terry O. Morse dan Ishiro Honda. Ada beberapa film Godzilla yang dibuat Jepang. Baru tahun 1994 (Godzilla) dan tahun 2019 (Godzilla II) dibuat sepenuhnya oleh Hollywood dan hasilnya memang mengagumkan dan berhasil mendatangkan keuntungan besar.


Sekadar info, Legendarys Pictures tengah mempersiapkan film monsternya yang keempat, yang sama-sama bergenre kaiju (perang para monster) berjudul “Godzilla vs Kong” pada tahun 2020 mendatang.(*)

Comments


SIGN UP AND STAY UPDATED!
  • Instagram Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • LinkedIn Social Icon
  • Twitter Social Icon

© 2019 by Jeri Wongiyanto

bottom of page