ATI RAJA
- Christian Ananta
- Nov 10, 2019
- 2 min read
Kisah Cinta Sendu yang Menyayat Hati

Oleh Jeri Wongiyanto
Pencinta dan Pengamat Film
TIDAK banyak masyarakat Sulsel yang tahu, khususnya warga Makassar, jika beberapa lagu daerah yang melegenda dan sering dinyanyikan sejak dahulu, seperti lagu "Ati Raja" atau "Ammaciang" diciptakan oleh seorang seniman bernama Ho Eng Dji. Bahkan lagu lagu ciptaannya ketika dipopulerkan hanya tertera NN atau No Name. Seorang seniman sejati yang nyaris terlupakan oleh sejarah.
Film ini mencoba menguak sejarah sekaligus mengangkat biografi Ho Eng Dji. Dia adalah seorang penyair dan musisi Makassar yang lahir di Kassi Kebo tahun 1906 dan wafat 1960 di Makassar.
Ho Eng Dji merupakan pemuda Tionghoa peranakan yang hidup bergaul dengan harmonis dengan masyarakat Makassar dari berbagai etnis.
Ati Raja akan menyuguhkan hubungan antar budaya dan kisah cintanya yang sendu dan berantakan. Sebagai seniman Ho Eng Dji yang akrab dipanggil Baba Coy, telah
menciptakan lagu lagu yang populer hingga saat ini, selain Ati Raja, juga ada Sailong dan Dendang Dendang.
Sejak film dibuka, sutradara Syaifuddin Bahrum sudah menyuguhkan kentalnya budaya Makassar dengan etnis Tionghoa dengan cukup detail dan memikat. Hingga kemudian mengajak penonton menyelami kehidupan Ho Eng Dji (Fajar Baharuddin) dengan kisah cintanya yang rumit dan berantakan. Hidupnya yang penuh kegalauan hingga penderitaan semasa hidup berhasil menyayat hati penonton.
Ho Eng Dji bukanlah manusia sempurna, saat menyanyikan lagu lagunya, ia sebenarnya merintih karena tak bisa menyembunyikan hatinya yang terluka karena cinta. Perjuangan hidupnya dalam mencari cinta sejati ditampilkan cukup baik, walau beberapa adegan terasa mengganjal. Dialog dialog teaterikal, bahasa Makassar dan bahasa Indonesia berbaur bagaikan satu irama.
Sutradara cukup berhasil membangun dramaturgi yang mempesona, sayangnya pada klimaks film adegan suasana peperangan yang digarap dengan efek CGI, merusak keindahan film ini. Masih terasa kasar, seharusnya tidak perlu memaksakan adegan perang tersebut, cukup dalam narasi atau sebuah catatan di akhir film.
Namun secara keseluruhan Film Ati Raja cukup memikat dan enak ditonton. Apresiasi tinggi harus diberikan pada para sineas Makassar yang mencoba mengangkat budaya Makassar dalam sebuah film.
Para pemain cukup memberi nyawa film ini dengan porsi yang pas. Selain Fajar Baharuddin, juga ada Jennifer Tungka, Stephani Andries, Chesya Tjoputra, Goenawan Monoharto, Zulkifli Gani otto, Noufah A. Patajangi, Saenab Hasmar, Agung Iskandar, dan Gregorius.
Film berdurasi 84 menit ini di produksi Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM).(*)
Commenti